Minggu, 18 April 2010

SEJARAH RADEN AYU NAWANGSIH DAN RADEN BAGUS RINANGKU DI DESA KANDANGMAS KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS

SEJARAH RADEN AYU NAWANGSIH DAN RADEN BAGUS RINANGKU DI DESA KANDANGMAS KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS
A. Latar Belakang Masalah
Dalam apa yang disebut Legenda Hutan Jati Masin, diceritakan betapa Sunan Muria mempunyai banyak murid, yang bukan hanya belajar ilmu agama, melainkan juga berkesenian dan olah kanuragan. Murid-muridnya datang ke Colo dari berbagai tempat seperti Tayu, Pati, dan Pandanaran yang kini disebut Semarang, dari daerah inilah datang berguru Raden Bagus Rinangku. Syahdan, karena sang pemuda tampan dan sakti, putrinya yang bernama Raden Ayu Nawangsih saling jatuh hati dengan pemuda tersebut. Adapun Sunan Muria ternyata tidak merestuinya, karena telah memilih Kyai Cebolek sebagai menantu. Sampai di sini, kita saksikan suatu manuver yang sering ditemukan dalam legenda Jawa: Sunan Muria menugaskan Bagus Rinangku untuk menumpas para perusuh, yang merampok dan membunuh di sekitar Muria, tentu maksudnya agar Bagus Rinangku perlaya di tangan mereka. Namun ternyata pemuda Pandanaran ini bukan hanya berhasil membasminya, melainkan juga membuat salah seorang di antaranya bertobat dan memperdalam ilmu agama. Kelak mantan perampok ini terkenal sebagai Kiai Mashudi.
Melihat dari sekulumit perjalanan di atas, maka penulis ingin memahami lebih dalam mengenai sejarah Raden Ayu Nawangsih dengan Raden Bagus Rinangku yang ada di Dukuh Masin Desa Kandangmas Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus.
B. Pembahasan
Sunan Muria adalah salah seorang anggota dari Walisongo yang menyebarkan agama Islam didaerah Kudus tepatnya di Desa Colo Kecamatan Dawe dan Colo juga dikenal dengan Lereng Gunung Muria. Sebagai seorang muballigh yang terkenal karena ilmu dan kesaktian yang dimiliki, maka beliau mempunyai banyak murid yang ingin berguru atau mencari ilmu (ngangsu kaweruh) kepada Sunan Muria.
Raden Bagus Rinangku adalah salah seorang dari murid Sunan Muria yang terkenal paling cerdas, cakap juga tampan rupanya, dan karena kelebihan yang dimiliki ini, Raden Ayu Nawangsih salah seorang putri Sunan Muria jatuh cinta kepada Raden Bagus Rinangku, bahkan mereka telah saling berjanji akan mengarungi hidup bersama meskipun halangan dan rintangan datang menghadang.
Sunan Muria mengetahui hal ini dan bermaksud untuk menggagalkan maksud dari dua muda-mudi yang sedang kasmaran ini, karena Sunan Muria telah berjanji pada seorang muridnya yang bernama Kyai Cebolek untuk menjodohkan Raden Ayu Nawangsih dengan dirinya. Untuk melaksanakan rencana ini, Sunan Muria menyiapkan berbagai tugas berat untuk Raden Bagus Rinangku dengan harapan dia gagal melaksanakan tugas itu dan mengurungkan niatnya untuk bersatu dengan Raden Ayu Nawangsih karena dia merasa malu kepada Sunan Muria.
Salah satu rencana dari Sunan Muria adalah dengan memerintah Raden Bagus Rinangku untuk membasmi geromblan pengacau atau perusuh yang sering merampok dan merampas harta penduduk, dan bila Raden Bagus Rinangku maka dialah justru yang menjadi korban keganasan perusuh dan matilah Raden Bagus Rinangku. Namun perkiraan Sunan Muria meleset karena Raden Bagus Rinangku berhasil melaksanakan perintah bahkan telah menyadarkan salah seorang anggota perusuh untuk bertobat.
Mengetahui rencananya gagal, Sunan Muria telah menyiapkan rencana yang lain. Tugas berat kedua yang diperintahkan Sunan Muria kepada Raden Bagus Rinangku adalah memerintahkan dia untuk menjaga burung (tunggu manuk) agar tidak memakan padi yang sudah menguning di sawah yang berada jauh dari Colo atau tepatnya di Dukuh Masin (sekarang Dukuh Masin masuk Desa Kandang Mas Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus).
Suatu hari Sunan Muria mengecek apakah Raden Bagus Rinangku telah melaksanakan tugasnya dengan baik, namun ternyata Raden Bagus Rinangku melalaikan tugasnya dengan membiarkan burung-burung bebas memakan padi yang sudah menguning dan yang lebih membuat Sunan Muria marah adalah karena Raden Bagus Rinangku tertangkap basah sedang memadu kasih dengan Raden Ayu Nawangsih.
Melihat hal ini Sunan Muria marah besar dan Raden Bagus Rinangku segera memohon maaf kepada Sunan Muria, dan berjanji sanggup mengembalikan padi-padi yang telah dimakan burung-burung tersebut pada keadaan semula. Dengan kesaktian dan ijin dari Tuhan, maka kembalilah padi-padi itu pada keadaan semula.
Sunan Muria semakin marah dengan apa yang dilakukan Raden Bagus Rinangku, karena telah memamerkan kesaktian yang dimilki kepada Gurunya. Karena merasa tersaingi, maka Sunan Muria menarik panahnya dan diarahkan ke Raden Bagus Rinangku dengan maksud untuk menakut-nakutinya, namun anak panah itu melesat dan menembus perut Raden Bagus Rinangku tembus sampai punggungnya, dan tewaslah Raden Bagus Rinangku.
Melihat kejadian ini, Raden Ayu Nawangsih menagis meraung-raung dan segera menubruk tubuh Raden Bagus Rinangku yang tertelungkup di tanah. Anak panah yang menembus punggung Raden Bagus Rinangku itu menembus pula perut Raden Ayu Nawangsih, dan tewaslah Raden Ayu Nawangsih di hadapan Ayahnya. Jenazah kedua muda-mudi ini pun dimakamkan diatas sebuah bukit di mana keduanya memadu kasih.
Kematian muda-mudi ini amat menggemparkan penduduk sekitar Masin. Para pelayat yang ikut mengantarkan jenazah kedua muda-mudi ini tertegun berdiri terpaku, keharuan mencekam mereka yang berduka ketika mendengarkan nasehat Sunan Muria. Setelah jenazah selesai dikuburkan, para pelayat masih meratapi nasib kedua muda-mudi itu, dan Sunan Muria berkata “ah bagaikan pohon jati saja engkau semua, berdiri terpaku tak bergerak dibukit”. Ketika itu pula semua pelayat berubah menjadi pohon jati. Hingga sekarang pohon jati itu masih ada dan pohon-pohon jati itu dikeramatkan oleh penduduk sekitar makam Raden Bagus Rinangku dan Raden Ayu Nawangsih.
C. Analisis
Bentuk : Cerita Raden Bagus Rinangku dan Raden Ayu Nawangsih disebarkan dari mulut ke mulut sehingga disebut sebagai cerita lisan atau dalam bahasa ilmiahnya disebut folklore lisan. Namun karena ada perhatian yang besar dari salah seorang penulis bernama Umar Hasim, maka cerita diatas telah ditulis dalam sebuah bab dalam buku yang berjudul “Sunan Muria” (Antara Fakta dan Legenda). Meskipun sudah ditulis dalam bentuk buku cerita diatas tetap merupakan folklore. James Danandjana menyatakan bahwa “Folklor tidak berhenti folklore apabila ia telah diterbitkan dalam bentuk cetakan atau rekaman (Danandjaja, 1986 : 5).
Fungsi : cerita diatas memiliki fungsi sebagai alat pendidikan, karena didalammya terdapat pesan moral yang sangat besar. Pertama, bahwa kita harus senantiasa menghormati guru kita, meskipun guru mempunyai maksud tersembunyi yang tidak ketahui terhadap keselamatan diri kita; Kedua, jangan sampai kita melanggar perintah guru karena guru merupakan orang tua kita kedua setelah orang tua kandung kita dirumah. Ketiga, bahwa kisah ini memiliki tendensi tertentu kepada Sunan Muria, dimana telah memojokkan Sunan Muria sebagai seorang pembunuh, padahal tidaklah mungkin seorang ulama besar bertindak demikian kecuali terpaksa, terbunuhnya Raden Bagus Rinangku adalah ketidaksengajaan karena Raden Bagus Rinangku telah berbuat dosa besar, yaitu berzina. Maksud ungkapan menjaga burung (Njaga manuk = bahasa jawa) itu adalah kelamin laki-laki, jadi Raden Bagus Rinangku diperintahkan untuk menjaga alat kelaminnya agar jangan sampai berbuat zina, namun Raden Bagus Rinangku telah lalai dan tertangkap basah oleh Sunan Muria sedang berbuat zina dengan Raden Ayu Nawangsih.
Sifat : cerita diatas juga bersifat mendidik, keagamaan dan sejarah. Bersifat mendidik karena cerita diatas membawa pesan moral kepada generasi muda sekarang yang cenderung hidup bebas tanpa memperhatikan nilai, norma dan etika dalam masyarakat, sehingga banyak terjadi kasus seks bebas dan hamil diluar nikah yang sungguh sangat memalukan dan mengerikan. Bersifat keagamaan, karena di sini membawa nama besar seorang Wali Songo yaitu Sunan Muria yang terkenal pandai dalam agama dan sakti mandra guna dan yang terpenting adalah bahwa adanya ajaran untuk dapat mengontrol diri dan nafsu melalui berbagai usaha mendekatkan diri kepada Tuhan YME, seorang pemuda yang taat kepada Tuhan YME akan menolak berzina sekalipun diajak oleh seorang wanita yang amat cantik, karena dia takut akan azab yang diberikan Tuhan YME. Bersifat sejarah karena cerita diatas telah menjadi bagian dari sejarah masyarakat desa Kandang Mas yang sangat menghormati Sunan Muria dan bersimpati bahkan empati kepada dua muda-mudi tersebut. Karena kesaktian yang dimiliki Sunan Muria, jadilah mereka (pelayat) pohon jati yang sampai sekarang masih dikeramatkan. Sampai sekarang juga dimakam Raden Bagus Rinangku dan Raden Ayu Nawangsih selalu saja ada pemuda atau pemudi yang datang untuk sekedar berziarah atau pun meminta berkah untuk mendapatkan jodoh.
Sumber:
Erik Aditia Ismaya, Raden Ayu Nawangsih (Putri Sunan Muria) dan Raden Bagus Rinangku, Artikel Sosiologi, 18 September 2008.
Sukab, Sunan Muria, Eksis Dalam Legenda: Walisanga, Ziarah Pustaka 2, Artikel Sosiologi, 20 September 2007.
Wawancara dengan warga Desa Kandangmasa Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus

PENGARUH PEMAHAMAN AJARAN AGAMA ISLAM DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI MENDIDIK ANAK DI DESA KANDANGMAS DAWE KUDUS

PROPOSAL PENELITIAN
Nama : Husnul Inayati
Nim : 107213
Jurusan : Tarbiyah/PAI
Judul : PENGARUH PEMAHAMAN AJARAN AGAMA ISLAM DAN PERHATIAN ORANG TUA
TERHADAP MOTIVASI MENDIDIK ANAK DI DESA KANDANGMAS DAWE KUDUS

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah harapan bagi orang tunya. Dia merupakan hasil dari buah kasih sayang yang diikat dalam suatu perkawinan antara suami istri dalam satu keluarga. Segala yang terbaik pantaslah diberikan kepada anak, termasuk dalam pemenuhan sandang, pangan, tempat tinggal, pendidikan dan lain sebagainya.
Satu hal yang terpenting adalah maslah pendidikan yang merupakan sebuah kewajiban bagi orang tua untuk memberikan dan hak anak untuk mendengarkannya.
Orang tua memiliki tugas utama dalam pendidikan anak, yaitu menjadi peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lainnya, ketika seorang anak masih berusia 0-2 tahun. Pada masa ini anak sangat bergantung kepada orang lain, dia tidak dapat hidup tanpa bimbingan orang-orang sekitarnya dan lingkungan pertama yang dialami oleh anak adalah asuhan ibu dan ayah. Dan yang terpenting lagi pendidikan dimuali sejak dini, karena perkembangan jiwa anak mulai tumbuh sejak dia kecil, sesuai dengan fitrahnya.
Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagai pertumbuhan dan pengembangan anak. Jika suasana keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Keluarga merupakan pusat pendidikan yang paling berpengaruh dibandingkan yang lain, karena seorang anak masuk Islam sejak awal kehidupannya, dan dalam keluargalah ditanamkan benih-benih pendidikan.
Seorang ibu sangat besar pengaruhnya dalam membimbing anak seiring dengan pertumbuhannya. Para ibu hendaknya memperhatikan berbagai permasalahan mengenai anak. Pada masa balita atau masa pertama bagi anak, maka ibu hendaknya mengetahui pendidikan bahwa pada masa ini hanya berupa latihan-latihan kebiasaan, hingga anak bisa berkata, maka ia mulai megenal kata-kata yang ada hubungannya dengan lingkungannya.
Ajaran agama Islam adalah suatu pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari al-Qur'an yang memuat wahyu Allah dan al-Hadist yang memuat sunnah Rasulullah.
Komponen utama agama Islam atau unsur utama agama Islam (aqidah, syariah dan akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi sarat untuk mengembangkannya. Yang dikembangkan adalah ajaran agama yang terdapat dalam al-Qur'an dan al-Hadist. Dengan kata lain yang dikembangkan dapat dipahami manusia adalah wahyu Allah dan Sunnah Rasulullah yang merupakan agama (Islam).
Jelaslah bahwa sumber agama Islam atau sumber ajaran agama Islam adalah ajaran yang bersumber dari ajaran Islam yan dikembangkan oleh akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk mengembangkannya. Dengan demikian, ajaran Islam merupakan pengembangan agama ata ajaran agama Islam. Sumber utamanya sama yaitu al-Qur'an dan al-Hadist tetapi untuk ajaran Islam ada sumber tembahan atau sumber pengembangan yaitu rakyu atau akal pikiran manusia.
Sukanto Reksohadiprojo memberikan pengertian bahwa motivasi adalah sesuatu yang membuat seseorang bertingkah laku atau paling tidak berkeinginan untuk bersikap tertentu. Menurut Reksohadiprojo dan Handoko motivasi huga diartikan sebagai keadaan dalam diri pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motivasi yang ada pada saat ini seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran keputusan. Jadi motivasi bukanlah suatu yang dapat diamati, tetapi merupakan hal yang dapat disimpulkan karena adanya sesuatu perilaku yang tampak. Batasan motivasi menurut Wexly dan Yukl dapat diartikan sebagai proses dimana perilaku energi dan diarahkan.
Setiap perbuatan yang dilakukan manusia baik yang disadari (rasional) atau yang tidak disadari (mekanik atau naluri) pada dasarnya merupakan sebuah wujud untuk menjaga sebuah keseimbangan hidup. Jika keseimbangan ini terganggu, maka akan timbul suatu dorongan untuk melakukan aktivitas guna mengembalikan keseimbangan kondisi tubuh.
Dari pendapat di atas dapat dilihat bahwa seorang anak lebih mudah menerima muatan pendidikan termasuk pendidikan agama, melalui apa yang di contohkan oleh orang-orang disekitanya daripdada melalui cara yang lain, seperti nasehat-nasehat maupun petunjuk-petunjuk secara lisan. Maka dari itu seorang ibu dituntut untuk bersikap yang baik dalam keseharian.
Dari fenomena di atas, mendorong penulis untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul "PENGARUH PEMAHAMAN AJARAN AGAMA ISLAM DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI MENDIDIK ANAK"


B. Penegasan Istilah
Memudahkan pemahaman dan menjaga agar tidak terjadi kesalahan pemahaman dalam penulisan skripsi ini, maka penulis jelaskan pokok masalah yang berkaitan dengan judul "PENGARUH PEMAHAMAN AJARAN AGAMA ISLAM DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI MENDIDIK ANAK", antara lain:
1. Pengaruh
Pengaruh merupakan daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak kepercayaan atau perbuatan seseorang.
2. Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata dasar paham, yang berarti banyaknya pengetahuan, pikirannya tidak berkesesuaian dengan kebanyakan orang, mengerti benar, tahu benar, pandai. Pengertian pemahaman dari Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan.
3. Ajaran Agama Islam
Ajaran Agama Islam adalah pedoman pokok yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sesama manusia, manusia dengan makhluk hidup lain, serta hubungannya dengan alam sekitar yang harus diyakini dan dijalankan. Ajaran di sini dimaksudkan ajaran Islam, jadi yang menjadi pedoman hidup manusia adalah ajaran-ajaran Islam seperti yang dibawakan oleh Rasulullah SAW.
4. Perhatian
Perhatian adalah respon umum terhadap sesuatu yang merangsang dikarenakan adanya bahan-bahan apersepsi pada kita. Akibatnya maka menyempitkan kesadaran kita dan memusatkannya kepada hal-hal yang telah merangsang kita.
5. Orang Tua
Orang tua adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak di rumah. Dalam hal ini dapat berwujud bapak, ibu, saudara, dan lain-lain.
6. Motivasi Mendidik Anak
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan, atau disebut daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Mendidik adalah memberi ajaran mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Anak merupakan amanat (Tuhan) bagi kedua orang tuanya. Yang dimaksud di sini adalah bahwa anak menjadi objek yang di didik oleh orang tuanya sebagai pengemban amanat Allah tersebut. Artinya anak memiliki hak untuk menerima pendidikan dari orang tuanya, khususnya ibu sebagai sumber yang menjadi objek dalam penelitian ini. Batasan usia bagi anak dalam penelitian ini adalah anak yag masih berusia balita (di bawah lima tahun) atau lebih khusus lagi antara 4 sampai 5 tahun.
Dari berbagai penjelasan istilah di atas, dapat disimpulkan bahwa maksud judul adalah sebuah penelitian mengenai pemahaman yang diketahui orang tua mengenai ajaran agama Islam dan perhatian orang tua dalam usaha mendewasakan mental anak melalui ajaran agama Islam yang diajarkan.


C. Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini membatasi pada:
1. Pemahaman ajaran agama Islam
2. perhatian orang tua
3. motivasi mendidik anak
D. Rumusan Masalah
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, maka dalam hal ini penulis dapat merumuskan terlebih dahulu masalah yang akan dibahas. Aapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pemahaman ajaran agama Islam terhadap motivasi anak didik?
2. Bagaimana perhatian orang tua terhadap motivasi anak didik ?
3. Adakah pengaruh antara pemahaman ajaran agama Islam dan perhatian orang tua secara bersama-sama terhadap motivasi mendidik anak ?
E. Tujuan Penelitian
Dari penelitian ini dapat diperoleh jawaban terhadap pokok masalah yang telah dirumuskan, yaitu:
1. Untuk mengetahui pemahaman ajaran agama Islam terhadap motivasi anak didik
2. Untuk mengetahui perhatian orang tua terhadap motivasi anak didik
3. Untuk mengetahui adakah pengaruh antara pemahaman ajaran agama Islam dan perhatian orang tua secara bersama-sama terhadap motivasi mendidik anak
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah dan memperluas khasanah pemahaman dalam masalah ajaran agama Islam khususnya ajaran agama Islam dan perhatian orang tua
b. Sebagai bahan dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai pemahaman dalam ajaran agama Islam dan perhatian orang tua untuk memberikan didikan pada anak.
c. Untuk lebih mendukung teori yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai renungan bahwa ajaran agama Islam sangat baik diberikan kepada anak saat anak dalam usia kanak-kanak.
b. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi praktisi pendidikan khususnya yang terkait dengan pemahaman ajaran agama Islam dan perhatian orang tua dalam motivasi mendidik anak.
II. LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Pemahaman
Pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menterjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterima.
Pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu maka belajar itu harus mengerti secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan anak dapat memahami suatu situasi. Hal ini sangat penting bagi anak yang belajar. Memahami maksudnya, menangkap maknanya, adalah tujuan akhir dari setiap belajar. Pemahaman memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagian–bagian belajar pada porsinya. Tanpa itu maka skill dan sikap tidak akan bermakna.
Dalam belajar, unsur pemahaman itu tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur pisikologis yang lain. Dengan motivasi, konsentrasi dan reaksi, subjek belajar dapat mengembangkan fakta-fakta, ide-ide atau skil, kemudian dengan unsur organisasi subjek belajar dapat menata dan menuturkan hal-hal tersebut secara berurutan bersama menjadi suatu pola yang logis. Karena mempelajari sejumlah data sebagaimana
adanya, secara bertingkat atau berangsur-angsur, si subjek belajar mulai memahami artinya dan implikasi dari persoalan keseluruhan.
b. Pengertian Ajaran
Ajaran adalah sesuatu yang berisi pedoman pokok yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (Allah), dengan dirinya sendiri, dengan manusia sesamanya, dengan makhluk bernyawa yang lain, dengan benda mati dan alam semesta ini. Ajaran berwujud prinsip atau pokok-pokok yang disesuaikan menurut keadaan dan kebutuhan pada waktu, bahkan disesuaikan menurut lokasi atau golongan tertentu. Semisal ajaran yang dibawa oleh para Nabi. Semua Nabi membawa ajaran yang berbeda yang disesuaikan dengan kondisi dan keadaan zaman masing-masing dimulai dari ajaran yang dibawa oleh nabi Adam sampai pada nabi Muhammad SAW.
Ajaran yang paling sempurna terletak pada ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yang berisi seluruh pedoman hidup yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia bagi umat di seluruh dunia. Diwujudkan dalam bentuk al-Qur'an dan al-Hadist.
c. Pengertian Agama
Agama merupakan peranan yang sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia, karena agama tidak hanya mengatur kehidupan manusia di alam akhirat saja, tetapi juga mengatur bagaimana seharusnya hidup di dunia. Agama mengajarkan nilai-nilai moral dan mengajak manusia berbuat baik dalam hubungannya dengan alam sesama manusia. Menurut Abdurrahman, dkk, bahwa kebenaran dan nilai-nilai sebagai hasil pemikiran manusia, tanpa dikendalikan oleh cahaya kebenaran agama akan mudah terjerumus dalam kesesatan.
Zakiah Daradjat, agama adalah yang dirasakan dengan hati, pikiran dan dilaksanakan tindakan serta membentuk dalam sikap dan cara menghadapi hidup pada umumnya. Sedangkan menurut Durkheim (Ahli Sosiologi) yang diutip oleh Muslim Nurdin, dkk, bahwa agama adalah suatu kesatuan sistem kepercayaan dan pengalaman terhadap suatu yang sakral, yaitu yang lain daripada yang lain.
Dari pandangan tersebut, dapat dilihat bahwa inti beragama adalah iman. Dalam iman terdapat unsur perlunya memahami isi wahyu berarti memahami al Qur'an dan as Sunnah. Pemahaman al Qur'an dan as Sunnah seharusnya tercermin dalam pembenaran (tasdiq), perkataan (qaul) dan amal.
d. Pengertian Islam
Islam yaitu patuh menjalani syariat agama yang memuat hukum-hukum dan peraturan-peraturan serta tata cara dalam ibadah dan muamalat sebagai perintah dari Tuhan yang diyakininya.
Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa pemahaman ajaran agama Islam adalah kemampuan seseorang dalam mengartikan sesuatu yang berisi pedoman atau pokok-pokok yang mengatur kehidupan manusia, baik hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, sesama makhluk hidup, benda mati maupun alam sekitar, yang diyakini di dalam hati dan harus dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku.
2. Perhatian Orang Tua
Secara terminologi menurut Sumadi Suryabrata, perhatian adalah pemusatan tenaga psikis yang tertuju kepada suatu obyek dan banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan.
Agus Suryanto memberikan batasan sebagai berikut, perhatian itu merupakan konsentrasi dengan mengesampingkan yang lain daripada itu.
Selain itu Bimo Walgito memberikan definisi perhatian adalah penyelesaian terhadap stimulus yang diterima individu.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat menarik kesimpulan bahwa perhatian adalah:
a. Merupakan aktivitas jiwa yang terpusat pada suatu obyek dengan mengesampingkan obyek yang lain.
b. Merupakan syarat untuk memahami, mengerti dan memahami, mengerti dan mengamati suatu obyek secara lebih cermat dan teliti.
c. Merupakan upaya selektif terhadap timbulnya rangsangan yang menyertai yang diterima oleh individu secara bersamaan.
d. Berhubungan erat dengan kesadaran diri terhadap aktivitas yang akan dilakukan.
e. Merupakan aktivitas jiwa yang sukar dipengaruhi oleh rangsangan lain yang menyertai atau bersamaan.
Sedangkan pengertian orang tua menurut Thamrin Nasution dan Nur Halijah Nasution, orang tua adalah orang yang bertanggung jawab dalam satu keluarga atau rumah tangga yang dalam penghidupannya sehari-hari lazim disebut Bapak-Ibu.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa pengertian perhatian orang tua adalah konsentrasi jiwa orang tua terhadap belajar anak dengan penuh pengamatan dengan mengesampingkan aktivitas yang lain agar anak-anaknya dapat belajar dengan giat.
B. Kerangka Berpikir
Komponen utama agama Islam atau unsur utama agama Islam (aqidah, syariah dan akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk mengembangkannya. Yang dikembangkan adalah ajaran agama yang terdapat dalam al-Qur'an dan al-Hadist. Dengan kata lain yang dikembangkan dapat dipahami manusia adalah wahyu Allah dan Sunnah Rasulullah yang merupakan sumber hukum agama (Islam).
Dari kedua sumber tersebut seseorang dapat terdorong untuk memberikan didikan pada anaknya, karena motivasi sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa untuk menumbuhkan seseorang untuk melakukan aktivitas sangat diperlukan suatu motivasi. Motivasi yang diberikan oleh suatu individu sebaiknya dapat menimbulkan suatu perubahan yang positif dari apa yang diinginkan oleh si pemberi motivasi.
Motivasi-motivasi datangnya bisa dari dirinya sendiri, bisa dari orang lain, ataupun dari pengaruh lingkungan. Contohnya orang tua bisa sebagai motivator bagi anaknya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar anak. Orang tua harus merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi anak.
Selain motivasi yang diberikan oleh orang tua di rumah, juga sangat diperlukan adanya suatu motivasi yang diberikan orang tua kepada anaknya. Agar merasa diperhatikan baik dalam masalah belajar maupun dalam masalah pengembangan yang dialami oleh anak. Anak akan termotivasi untuk memberikan didikan jika adanya sugesti dari orang tua.
Teori belajar behavioral, bahwa perilaku individu di masa lalu mengalami proses penguatan sangat mungkin diulang kembali jika dibandingkan dengan perilaku baru atau dengan kata lain aktivitas yang akan dilakukan sekarang sangat dipengaruhi prestasi yang telah dilakukan pada masa lalu. Berpijak dari teori ini dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran, keberadaan pendidikan sangat perlu dalam memberikan pemikiran dan penghargaan kepada anak didik agar termotivasi untuk belajar lebih gigih lagi.
Sukanto Reksohadiprojo memberikan pengertian bahwa motivasi adalah sesuatu yang membuat seseorang bertingkah laku atau paling tidak berkeinginan untuk bersikap tertentu. Menurut Reksohadiprojo dan Handoko motivasi juga diartikan sebagai keadaan dalam diri pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motivasi yang ada pada saat ini seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran keputusan. Jadi motivasi bukanlah suatu yang dapat diamati, tetapi merupakan hal yang dapat disimpulkan karena adanya sesuatu perilaku yang tampak. Batasan motivasi menurut Wexly dan Yukl dapat diartikan sebagai proses dimana perilaku energi dan diarahkan.
Setiap perbuatan yang dilakukan manusia baik yang disadari (rasional) atau yang tidak disadari (mekanik atau naluri) pada dasarnya merupakan sebuah wujud untuk menjaga sebuah keseimbangan hidup. Jika keseimbangan ini terganggu, maka akan timbul suatu dorongan untuk melakukan aktivitas guna mengembalikan keseimbangan kondisi tubuh.
Dari pendapat di atas dapat dilihat bahwa seorang anak lebih mudah menerima muatan pendidikan termasuk Pendidikan Agama, melalui apa yang di contohkan oleh orang-orang disekitarnya daripada melalui cara yang lain, seperti nasehat-nasehat maupun petunjuk-petunjuk secara lisan. Maka dari itu seorang ibu dituntut untuk bersikap yang baik dalam keseharian.
C. Hipotesis
Pada penelitian ini, kami ingin memberi hipotesis awal, agar riset yang dilakukan lebih terarah dan teratur, serta memberi tujuan yang jelas. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Adapun hipotesis yang kami ajukan dan akan diuji kebenarannya dalam proses penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha: Ada pengaruh yang signifikan antara pemahaman ajaran agama Islam terhadap motivasi anak didik.
Ha: Ada pengaruh yang signifikan antara perhatian orang tua terhadap motivasi anak didik.
Ha: Ada pengaruh yang signifikan antara pemahaman ajaran agama Islam dan perhatian orang tua secara bersama-sama terhadap motivasi mendidik anak.
III. METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan penelitian atau research yaitu usaha untuk menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan dengan metode-metode ilmiah.

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan di lapangan atau di lingkungan tertentu.
Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang menekankan analisis pada data numerical yang diolah dengan metode statistik. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui besar kecilnya pengaruh pemahaman ajaran agama Islam dan perhatian orang tua terhadap motivasi mendidik anak.
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan yang dimaksud dengan sampel yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Menurut Suharsimi Arikunto, bahwa apabila subyek diteliti kurang dari 100 lebih baik diambil semua, tetapi apabila populasi lebih dari 100 maka dapat diambil 10 % - 15 % atau 20 % - 25 % atau lebih.
Dalam penelitian ini menetapkan seluruh warga PKK Desa Kayen sebagai populasi berjumlah 152 orang. Oleh karena itu, berdasarkan pada pendapat Suharsimi Arikunto sebagaimana di atas penelitian populasi, karena jumlah populasinya lebih dari 100, sehingga harus diambil sampel. Untuk mengambil sampel, penelitian ini menggunakan tehnik random sampling, yaitu proses pengambilan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Adapun sampel yang peneliti ambil adalah 25% dari jumlah keseluruhan populasi yaitu 152x25%=38 Sehingga peneliti mengambil sampel yang dijadikan responden adalah 38 orang.
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini terbagi dalam tiga bagian, yaitu:
1. Variabel bebas/independent
Variabel independent dalam penelitian ini adalah pemahaman ajaran agama Islam (X1) yaitu , dengan indikatornya adalah:
a. Mampu menunjukkan ajaran agama Islam.
b. Mampu menyebutkan ajaran agama Islam
c. Mampu menjelaskan ajaran agama Islam
d. Mampu memberikan contoh ajaran agama Islam
2. Variabel bebas/independent
Variabel independent dalam penelitian ini perhatian orang tua (X2), dengan indikatornya adalah:
a. Memberikan motivasi kepada anak
b. Memberikan nasehat kepada anak
c. Mengontrol belajar kepada anak
3. Variabel terikat/dependent
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah motivasi mendidik anak (Y), dengan indikatornya adalah:
a. Tekun dalam mendidik
b. Berminat besar dalam mendidik
c. Kesanggupan ibu dalam mendidik
d. Mampu memecahkan masalah dalam mendidik


D. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Dalam penelitian ini observasi yang digunakan adalah observasi terus terang atau tersamar. Peneliti dalam melakukan pengumpulan data mengatakan terus terang atau tersamar dalam observasi. Hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi. Dalam hal ini yang menjadi pengamatan atau observasi adalah pemahaman ajaran agama Islam, perhatian orang tua, dan motivasi mendidik anak.
2. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya catatan peristiwa yang sudah berlalu. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, penulis menyelidiki benda-benda tertulis seperti profil. Dalam metode ini peneliti gunakan untuk mendapatkan kondisi umum. Seperti sejarah perkembangannya, visi, misi dan tujuan, keadaan guru, karyawan, dan siswa, keadaan sarana dan prasarana, dan struktur organisasi.
3. Angket
Angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal lain yang ia ketahui. Metode ini digunakan untuk mengetahui pemahaman ajaran agama Islam, perhatian orang tua, dan motivasi mendidik anak., dalam hal ini yang menjadi responden adalah orang tua.


E. Uji Instrumen
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi. Tes disebut valid apabila tes tersebut benar-benar dapat mengungkap aspek yang diselidiki secara tepat, dengan kata lain harus memiliki tingkat ketetapan dalam mengungkap aspek-aspek yang hendak diukur. Data dikatakan valid apabila mempunyai nilai rhasil lebih besar dari rtabel.
2. Uji Reliabilitas
Reliabel artinya dapat dipercaya jadi dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan pada suatau pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut mampu memberikan hasil yang relatif tetap apabila dilakukan secara berulang pada tingkat ketetapan yang tinggi dalam mengungkap aspek-aspek yang hendak diukur. Data dikatakan reliabel apabila mempunyai nilai lebih besar croanbach alpha 0,60.
F. Uji Asumsi Klasik
Pada penelitian ini juga dilakukan beberapa uji asumsi klasik terhadap model analisis diskriminan yang telah diolah dengan menggunakan program SPSS yang meliputi:
1. Uji Normalitas
Proses uji normalitas data dilakukan dengan memperhatikan penyebaran data (titik) Normal Plot of Regresion Standizzed Residual dari variabel terikat, di mana:
a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Multikolonieritas
Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance <0,10 atau sama dengan nilai VIF>10.
3. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ada tidaknya gejala heteroskedastisitas memakai uji park dengan langkah berikut:
a. Melakukan regresi terhadap model persamaan yang diajukan sehingga diperoleh nilai residual terhadap variabel baru.
b. Hasil residual yang didapatkan kemudian dikuadratkan dan diubah menjadi bentuk log linier setelah bentuk log natural. Melakukan regresi dari semua variabel hasil transformasi dari variabei asli.
c. Melakukan identifikasi terhadap nilai t dengan kriteria sebagai berikut:
• Jika t hitung < t tabel maka asumsi homoskedastisitas diterima.
• Jika t hitung > t tabel maka asumsi homoskedastisitas ditolak.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode 1 dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu atau time series karena gangguan pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena gangguan pada observasi yang berbeda berasal dari individu atau kelompok yang berbeda. Ada beberapa yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, salah satunya adalah dengan menggunakan uji Durbin Watson. Digunakannya uji DW dengan pertimbangan bahwa data yang akan digunakan dalam observasi tidak lebih dari 100 observasi, dari derajat autokorelasinya tidak lebih dari 1.
Kriteria pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:
a. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas atau lower bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari pada nol, berarti ada autokorelasi positif.
b. Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari pada nol, berarti ada autokorelasi negative.
c. Bila nilai DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
Secara sederhana, kriteria pengujian dilakukan dalam tahap-tahap sebagai berikut:
- Tingkat signifikansi = 0,05 (α = 5%), 0,10 (α = 10%), 0,15 (α = 15%)
- N-100, k-4
- Nilai DW yang ditentukan dari hasil perhitungan
G. Teknik Analisis Data
Setelah data-data terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan statistik. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Analisis Pendahuluan
Pada tahapan ini data yang terkumpul dikelompokkan kemudian dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi secara sederhana untuk setiap variabel yang ada dalam penelitian. Sedangkan pada setiap item pilihan dalam angket akan diberi penskoran dengan standar sebagai berikut:

a. Untuk alternatif jawaban A dengan skor 4
b. Untuk alternatif jawaban B dengan skor 3
c. Untuk alternatif jawaban C dengan skor 2
d. Untuk alternatif jawaban D dengan skor 1
2. Analisis Uji Hipotesis
dalam uji ini, terlebih dahulu untuk menguji uji hipotesis deskriptif, yaitu menggunakan rumus uji t sebagai berikut:
t =
Di mana:
t = Nilai t hitung, selanjutnya disebut t hitung
= Rata-rata X
= Nilai yang dihipotesiskan
S = Simpangan baku
n = Jumlah anggota sample
Dalam analisis uji hipotesis untuk pembuktian kebenaran hipotesis yang penulis ajukan. Dalam analisa ini penulis mengadakan perhitungan lebih lanjut pada tabel distribusi frekuensi dengan mengkaji hipotesis. Adapun pengujian hipotesis ini menggunakan rumus analisis regresi. Analisis regresi dilakukan apabila hubungan dua variabel berupa hubungan kausal atau fungsional. Kita menggunakan analisis regresi apabila kita ingin mengetahui bagaimana variabel dependen atau kriteria dapat diprediksikan melalui variabel independen atau predictor.
Dalam analisis hipotesis ini menggunakan rumus regresi ganda, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membuat tabel penolong
2) Menghitung regresi linier sederhana dengan rumus:
Y = a + bx
a =
b =
Keterangan :
Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan
a = Harga Y bila X = 0 (harga constant)
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan atau penurunan variabel dependent yang didasarkan pada variabel independent, bila b (+) maka naik dan bila (-) maka terjadi penurunan.
X = Subyek pada variabel independent yang mempunyai nilai tertentu
3) Menghitung nilai a, b1 dan b2 dengan rumus sebagai berikut:
b1 =
b2 =
a =
Keterangan:
b1 : Koefisien regresi variabel X1
b2 : Koefisien regresi variabel X2
a : Harga Y bila X = 0 (harga constant)
4) Membuat persamaan regresi
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
5) Mencari rumus korelasi ganda dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Ryx1.x2 =
Di mana:
Ryx1.x2 : Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama-sama dengan variabel Y
ryx1 : Korelasi product moment antara X1 dengan Y
ryx2 : Korelasi product moment antara X2 dengan Y
ryx3 : Korelasi product moment antara X3 dengan Y
6) Mencari koefisien determinasi dengan rumus sebagai berikut:
R2 =
7) Mencari uji signifikan model FReg dengan rumus sebagai berikut:
Freg =
Keterangan:
Freg : Harga garis regresi
R2 : Koefisien determinasi
N : Jumlah sampel
m : Jumlah prediktor
8) Mengetahui signifikansi terhadap koefisien korelasi ganda dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Fh =
Keterangan:
R : Koefisien korelasi ganda
N : Jumlah variabel independen
m : Jumlah anggota sampel
3. Analisis Lanjut
Setelah diketahui hasilnya maka diinterpretasikan dengan nilai Freg dengan Ftabel pada taraf signifikan 5%. Jika nilai Freg lebih besar atau sama dengan Ftabel berarti hasil penelitian adalah signifikan atau hipotesis yang telah diajukan diterima. Begitu sebaliknya jika nilai Freg lebih kecil dari pada nilai Ftabel berarti hasil penelitian adalah non signifikan atau hipotesis yang telah diajukan ditolak.
































Daftar Pustaka
H. M. Habbib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Bandung, 1996.
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, PT Raja Grfaindo Persada, Jakarta, 1999.
Zakariyah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, CV Ruhama, Jakarta, 1993.
Khatib Ahmad Santhut, Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral, dan Spiritual Anak Dalam Keluarga Muslim, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 1993.
Khiriyah Husain Thoha, Konsep Ibu Teladan, Risalah Gusti, Surabaya, 1992.
Iswahyu Hartati, Pengaruh Kesesuaian Kompetensi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja pegawai Pada Sekretaris Daerah Kabupaten Malang, Jurnal Eksekutif, Vol 2, No 1, 2005.
Abdul Rahman Sholeh Muhbid Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, Kencana, Jakarta, 2004.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1991.
Amin Andullah, Menyatukan Kembali Ilmu-ilmu Agama dan Umum (Upaya Mempertemukan Epistemologi Islam dan Umum), Suka press IAIN Sunan Kalihaga, Yogyakarta, 2003.
Soeganda Poerbaka Watja dan H. AH Harahap, Ensiklopedia Pendidikan, Gunung Agung, Jakarta, 1982.
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1999.
Oemar Hamalik, Proses Belajar mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2000.
Trisno Yumono dan Abdullah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Arkola, Surabaya, 1994.
Sudjarwo, Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta, 1998.
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara, Jakarta, Cet. III, 2004.
Abdurrahman Mas'ud, et, al, Dinamika Pesantren dan Madrasah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002.
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1993.
Muslim Nurdin, et, al, Moral dan Kognisi Islam, Alfabeta, Bandung, 2001.
Muslim A. Kadir, Ilmu Islam Terapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003.]
Amin Abdullah, Menyatukan Kembali Ilmu-ilmu Agama dan Umum (Upaya Mempertemukan Epistemologi Islam dan Umum), Suka Press IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2003
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1998.
Agus Suryanto, Psikologi Umum, Jakarta, Bumi Aksara Baru, 1983.
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta, Andi Offset, 1989.
Thamrin Nasution dan Nur Halijah Nasution, Peranan Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak, Jakatra, PT BPK Gunung Mulia, 1989
M. Rosyid, Strategi Pembelajaran Demokratis, UPT UNNES Press, Semarang, 2006.
Iswahyu Hartati, Pengaruh Kesesuaian Kompetensi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja pegawai Pada Sekretaris Daerah Kabupaten Malang, Jurnal Eksekutif, Vol 2, No 1, 2005.
Abdul Rahman Sholeh Muhbid Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, Kencana, Jakarta, 2004.
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997.
Saifudin Azwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D), Alfabeta, Bandung, 2006.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Rineka Cipta, Jakarta, 1998.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung, Alfabeta, 2008.
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, UNDIP Press, Seamarang, 2001.
Singgih Santoso, Uji Validitas dan Reabilitas Data, Alfabeta, Jakarta, 2000.
Masrukhin, Statistik Inferensial Aplikasi Program SPSS, Media Ilmu Press, Kudus, 2006.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Nama Praktikan : Nor Hidayah
NIM : 107188
Bidang Study : Aqidah Akhlak
Pokok Bahasan : Konsep Iffah, Musawwah dan Ukhuwah
Sub Pokok Bahasan : Memahami Konsep Iffah, Musawwah dan
Ukhuwah
Kelas/ Semester : X / Gasal
Pertemuan Ke : 10
Alokasi Waktu : 2 x 24 menit

Standar Kompetensi : Memahami dan meyakini hakikat akidah islam dan akhlak islam serta mampu mengalisis secara ilmiah hubungan dan dan implementasinya dalam kehidupan sehari- hari
Kompetensi Dasar : Membiasakan diri beradab islami dan berkelakuan terpuji
Materi Pokok : Konsep Iffah, Musawwah dan Ukhuwah
Indikator hasil belajar : 1. Mendefinisikan tentang konsep Iffah, Musawwah dan Ukhuwah
2. Memberi contoh sikap Iffah, Musawwah dan Ukhuwah
3. Menganalisis dalil naqli tentang Iffah, Musawwah dan
Ukhuwah
4. Menyebutkan hikmah beradab Iffah, Musawwah dan Ukhuwah
5. Menyebutkan akibat tidak dilaksanakan Iffah, Musawwah dan Ukhuwah
Tujuan Pembelajaran : - siswa dapat mendefinisikan tentang iffah, musawwah
dan ukhuwah
- siswa dapat memberi contoh sikap iffah, musawwah dan ukhuwah
- siswa dapat menganalisis dalil naqli tentang iffah, musawwah dan ukhuwah
- siswa dapat menyebutkan hikmah beradab iffah, musawwah dan ukhuwah
- siswa dapat menyebutkan akibat tidak dilaksanakn iffah, musawwah dan ukhuwah
Materi Pembelajaran : - Iffah secara bahasa artinya menjauhkan (menahan) dari yang tidak halal.juga berarti kesucian tubuh.
Iffah secara istilah adalah memelihara kehormatan diri
dari segala hal yang akan merendahkan diri, merusak
dan menjauhkannya.
- Musawwah secara bahasa artinya persamaan. Menurut
Istilah, persamaan dan kebersamaan serta penghargaan terhadap sesama manusia sebagai makhluk Allah SWT.
- Ukhuwah secara bahasa artinya persaudaraan. Secara
istilah adalah persaudaraan. Sedangkan menurut istilah adalah persatuan atau persaudaraan antara muslim di dunia tanpa membedakan suku, bangsa, warna kulit, bahasa, dan kewarganegaraan.


- Contoh sikap Iffah
Ada dua orang yang sama memperoleh rejeki dari Allah SWT. Yang seorang menerima dengan ikhlas, menerima apa adanya seberapapun yang diberikan. Dia berusaha untuk memanfaatkannya dengan baik dan terus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa harus mengemis meski dalam keadaan sangat kekurangan. Dan ia pun tak pernah berburuk sangka bahwa Allah tidak adil padanya bahkan terus bersyukur kepada Allah SWT. Sebaliknya seorang yang lain menerima pemberian Allah dengan hati yang tidak ikhlas bahkan penuh prasangka buruk pada Allah, jiwanya selalu tamak terhadap milik orang lain. Bahkan dia sering bermalas malah suka meminta- minta. Sikapnya sangat tidak terpuji.
- Contoh sikap Musawwah
Seorang pemimpin bernama A sangat bersahaja, disegani karena beliau senantiasa tidak menganggap bahwa dirinya lebih segala- galanya dari orang- orang yanb dipimpinnya. Beliau selalu berbuat adil kepada siapapun karena menganggap bahwa semua orang mempunyai derajat yang sama. Bila ada persoalan selalu mengajak bermusyawarah secara demikratis untuk mendapatkan kesepakatan yang harus dipatuhi oleh sesama.
- Contoh sikap Ukhuwah
Ada dua suku yang saling bersaing dan bermusuhan kemudian mereka sering terlibat perang suku yang sangat merugikan kedua pihak. Kemudian ada kesadaran dari mereka setelah sekian lama bermusuhan tifdak mendapatkan apa- apa kecuali kerugian, akhirnya kedua pihak sepakat untuk mengadakan perdamaiaan dan menjalin persaudaraan yang erat. Akhirnya mereka merasakan kedamaian yang luar biasa sehingga mereka membangun bersama apa yanbg sudah rusak akibat perang diantara mereka.
- Dalil naqli tentang Iffah dalam QS. 2/Al-Baqarah: 273
Yang artinya: “(berinfaklah) kepada orang- orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah, mereka tidak dapat (berusaha) di bumi, orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena meemlihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (dijalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.”
- Dalil tentang Musawwah dalam QS. 49/Al-Hujurat
Yang artinya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah otang yang paling takwa diantara kamu. Sesengguhnya Allh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
- Dalil tentang Ukhuwah dalam QS.49/Al-Hujurat: 10
Yang artinya: “orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara, sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
- Hikmah berperilaku Iffah, Musawwah dan Ukhuwah
1. Dapat menjauhkan perbuatan-perbuatan yang dapat
Merendahkan martabat.
2. Dapat memiliki keinginan yang sederhana untuk
Tunduk dengan keinginan baik.
3. Dapat menjaga kehormatan diri dalam hubungan
Nya dengan masalah nafsu.
4. Dapat mewujudkan rasa persamaan martabat, dan sederajat kemanusiaan.
5. Dapat membawa pada tingkat ketakwaan yang tinggi.
6. Dapat mewujudkan persaudaraan antara sesamanya
7. Dapat saling memahami kelebihan dan kekurangan, kekuatan dan kelemahan.
Metode Pembelajaran : - Ceramah
- Tanya Jawab
Langkah – langkah
Pembelajaran :
1. Kegiatan Awal :
- Guru masuk kelas, kemudian duduk, kemudian mengucapkan salam dan memulai pembelajaran dengan membaca basmalah (berdoa) bersama-sama
- Guru mengabsen dan menjelaskan secara singkat materi yang akan diajarkan dan kompetensi yang akan dicapai.
2. Kegiatan Inti :
- Guru menjelaskan pengertian konsep iffah, musawwah
dan ukhuwah, sedangkan siswa mendengarkan penjelas
an dari guru.
- Tanya Jawab
- Guru menyimpulkan materi.
3. Kegiatan Akhir :
- Peringatan
- Guru mengakhiri pembelajaran dengan membaca bacaa
n hamdalah bersama-sama.
- Guru mengucapkan salam sebelum guru keluar kelas.
Penilaian :
- Tes Lisan
- Tes Tertulis


Sumber Belajar : - Buku LKS Aqidah Akhlak kelas X
- Buku tunjangan lainnya
KERAMAT RADEN AYU NAWANGSIH DAN RADEN BAGUS RINANGKU DESA KANDANGMAS KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS
A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT adalah pencipta segala sesuatu. Dia (Allah) menciptakan manusia sebaik-baik kejadian dan menganugerahkan kedudukan terhormat kepada manusia dihadapan caiptaan-Nya yan lain. Kedudukan seperti ini ditandai dengan daya pikir, kemampuan berkreasi dan kesadaran moral. Potensi itulah yang memungkinkan manusia memerankan fungsinya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Telah diketahui bahwa manusia adalah makhluk individu, artinya seseorang memiliki ciri khas sebagai pribadi, atau mempunyai eksistensi sendiri. Ini antara lain bisa ditafsirkan dari ayat sebagai berikut:
 •    
Artinya: "Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuaru menurut ukuran" (QS. Al-Qamar: 49)
Jadi artinya segala sesuatu yang diciptakan Allah itu mempunyai kadar atau ukurannya masing-masing, berarti setiap sesuatu memiliki perbedaan dengan yang lain, bersifat khas, atau memiliki "individual differences". Sebagai makhluk individual, berarti pula manusia bertugas memperhatikan dirinya sendiri, segala kepentinannya sendiri, bukan cuma kepentingan orang lain.
Selain sebagai makhluk individu, manusia juga termasuk makhluk sosial yang senantiasa berhubungan dengan manusia lain dalam kehidupan masyarakat. Secara kodrati manusia hidup memerlukan bantuan orang lain, bahkan manusia baru akan "menjadi manusia" manakala hidup dan berinteraksi dalam lingkungan masyarakat.
Menurut Islam, manusia merupakan al-khalifahi fi al-ard yang artinya, manusia berfungsi sebagai pengelola alam dan memakmurkannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT sebagai berikut:
       
artinya: "Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi". (QS. Al-Fathir: 39)
Umat Islam yang ditafsirkan dalam al Qur'an menjadi "al-khalifah fi al-ard" tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Umat Islam tidak bisa menjadi contoh malah menjadi bahan cemooh di mana-mana. Itulah kegetiran yang dirasakan saat ini. Kalau mau jujur mayoritas umat Islam telah menyimpang dari norma-norma ajaran agamanya sendiri. Semua itu karena lemahnya keimanan umat Islam, khususnya di Indonesia.
Akibat lemahnya iman ini, orang-orang yang mengerti dan paham tentang hukum-hukum agama tetapi justru mereka dalam kehidupan sehari-hari perilakunya bertentangan dengan ajaran agama Islam dan mudah sekali tergelincir kepada nafsu syaithoniah. Sehingga dalam mencari penghidupan, umat tidak mau bekerja keras dan memohon pertolongan pada Allah, malah lari ke dukun, tukang ramal, paranormal, tempat keramat, tokoh spiritual yang mereka anggap mempunyai kemukjizatan.
Sebagai seorang muslim kita dituntut berusaha sekuat tenaga mengatasi hidup dan segala persoalannya. Kita harus memiliki iman yang kuat, tegar dalam bersikap dan tabah dalam menghadapi segala persoalan hidup. Hanya saja sebagai manusia kita tak luput dari khilaf dan dosa. Maka, sebaik-baiknya orang yang khilaf dan dosa adalah mereka yang masih mau kepada tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Ajaran yang telah sempurna dan komprehensif yang telah dicontohkan oleh rasul Muhammad SAW yang terangkum dalam kitabullah dan sunnah Rasul. Bila al Qur'an dan as Sunnah Rasul ini dipahami dengan benar dan diikuti pasti akan membawa ketentraman dan keselarasan dalam hidup di dunia maupun di akhirat.
Menziarahi kubur orang Islam itu disyari'atkan bahkan disunnahkan. Karena Nabi Muhammad SAW menziarahi kuburan di Baqi' (kuburan kaum muslimin di Madinah), dan demikian pula kuburan para syuhuda' perang Uhud. Nabi Muhammad SAW berkata: "Semoga keselamatan (dilimpahkan) atas kalian wahai penghuni kubur dari orang-orang mukmin dan muslim, sedangkan kami insya Allah akan menyusul kalian, kami mohon kepada Allah (semoga) untuk kami dan kalian (diberi) afiat".
B. Pembahasan
Melihat dari latar belakang di atas, dapat diketahui bahwa makam tersebut mempunyai suatu keramat yang sangat besar, seperti mencari jodoh atau melanggengkan pacaran. Hal ini banyak dikunjungi oleh warga sekitar maupun dari luar daerah, seperti Jepara, Demak, Semarang, Pati dan lain sebagainya untuk mendo'akan atau ziarah kubur. Namun, dapat dilihat dari pengamatan penulis kebanyakan yang datang ke sana adalah Adam dan Hawa yang berpasangan untuk melanggengkan perjodohan atau pacaran.
Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa niat datang ke ziarah kubur perlu adanya pemahaman yang sangat baik kepada para zairin untuk berziarah ke makam yang dianggap keramat, seperti makamnya Raden Ayu Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku yang ada di Desa Kandangmas Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus.
Dengan demikian, bahwa perlu adanya teori yang tepat adalah mengenai adanya ziarah kubur. Ziarah kubur adalah mengunjungi makam (kuburan) seseorang dengan maksud untuk mendo'akan serta memintakan ampunan kepadanya. Dalam berziarah perlu adanya adab dalam ziarah, agar nantinya seseorang dalam berziarah tidak disalah artikan. Sebagaimana yang telah terjadi pada responden. Oleh karena dalam kesempatan ini, peneliti memberikan teori agama melalui adab ziarah, seperti orang yang ziarah dilarang atau tidak boleh meminta sesuatu apapun kepada makam (kuburan), baik maka (kuburan) biasa maupun makam (kuburan) yang mempunyai keramat tinggi, karena yang demikian itu termasuk perbuatan syirik. Syirik itu jika mencampuri ibadah maka merusak ibadah, dan menghapus pahala ketaata, hingga pelakunya termasuk penghuni neraka yang kekal di dalamnya.
Ketahuilah bahwa di antara hal-hal penting yang wajib diketahui adalah mengetahui syirik. Siapa yang tidak tahu syirik boleh jadi dia terjatuh di dalam kemusyrikan, sedangkan dia tidak tahu. Sebagaimana firman Allah SWT:
ومن يشرك بالله فقد ضل ضللا بعيدا (النساء:116)
Artinya: "Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya" (An-Nisa':116)
Ayat di atas menunjukkan bahwa syirik adalah sebesar-besar dosa. Karena Allah SWT menjelaskan bahwa Dia tidak mengampuni dosa syirik bagi orang yang belum bertobat (sebelum kematiannya). Sedangkan dosa selain syirik maka ada di bawah kehendak Allah SWT, jika dia berkehendak, maka Dia akan mengampuni, dan jika Dia berkehendak. Dia akan menyiksanya karena dosanya itu. Dengan demikian, wajib bagi setiap hamba untuk takut pada kemusyrikan yang merupakan dosa terbesar itu.
Jadi dapat disimpulkan selama dalam berziarah responden kurang begitu memahami makna dan hakikat niat ziarah, karena hal ini dipengaruhi adanya faktor dari dalam dan luar. Faktor dari dalam responden mempunyai niat untuk mendapatkan sesuatu dari makam yang diziarahinya sedangkan faktor dari luar responden terpengaruh dengan adanya lingkungan sekitar.
Oleh karena itu, perlu adanya tata cara berziarah ke makam para waliyullah yang dianggap keramat, karena pada dasarnya hanya Allah yang dapat menolong dan membantu hamba-Nya. Jadi, kita sebagai manusia janganlah menyalahgunakan adanya berziarah ke makam yang keramat, karena semuanya itu tidak ada nilainya apa-apa jika tidak dapat ridho dari Allah SWT.