Rabu, 17 Maret 2010

TEORI BELAJAR SISTEMATIK FUNGSIONAL


TEORI BELAJAR SISTEMATIK FUNGSIONAL

I. Pendahuluan

Kegiatan belajar mengajar anak adalah sebagai subyek dan sebagai obyek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak disini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan, bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi fikiran dan mentalnya kurang aktif maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai, ini sama halnya anak tidak belajar, karena anak didik tidak menanyakan perubahan di dalam dirinya. Padahal belajar pada hakekatnya adalah ”perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar, misalnya: perubahan fisik, mabuk, gila, dan sebagainya.[1]

II. Permasalahan

Adapun pokok permasalahan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

  1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar ?
  2. Apa saja macam-macam teori belajar ?
  3. Bagaimana hubungan teori belajar dalam Fiqih ?

III. Pembahasan

A. Pengertian Teori Belajar

Secara etimologi, teori berasal dari bahasa Belanda yaitu “Theore” yang artinya pendapat berdasarkan pikiran sedangkan secara terminologi, teori yaitu hasil konsepsi berpikir manusia tentang suatu peristiwa berdasarkan fakta-fakta yang empiris dan logis.[2]

Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.[3]

Jadi, teori belajar adalah prinsip umum atau kumpulan prinsip umum,atau kumpulan prinsip yang yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar[4].

B. Macam-Macam Teori Belajar

1. Teori Beharioristik

Menurut teori ini belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu meunjukkan perubahan tingkah laku.[5]

2. Teori Humanistik

Fokus dari teori ini memanusiakan manusia artinya tiap orang ditentukan oleh orag itu sendiri dan bagaimana ia memahami perilaku seseorang ditentukan oleh orang itu sendiri dan bagaimana dia memahami dirinya dan bagaimana dia memahami,memandang lingkunganya.[6]

Teori Belajar Menurut Para Ahli

1. Teori Koneksionisme

Teori ini dikembangkan oleh Edward L. Thoorndike yang di dasarkan pada eksperimennya tentang perilaku hewan (kucing) dalam mencari makan saat lapar.

Berdasarkan eksperimen itu, berksimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon.

2. Teori Pembiasan Klasik (Klassical Cinditining)

Teori ini berkembang berdasrakan eksperimen dari Ivan Pavlov, pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut.

3. Teori Operant Conditioning

Menurut Skinner, be;ajar adalah proses perubahan tingkah laku yang harus dapat diukur. Bila pembelajar (peserta didik) berhasil belajar, maka respon bertambah, tetapi bila tidak belaja bayaknya respon berkurang, sehingga secara formal hasil belajar harus bisa diamati dan diukur.

4. Teori Conditioning of Leraning

Teori ini ditemukan oleh Gagne yang di dasrkan atas hasil riset tentang faktor-faktor yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitian ini di maksudkan untuk menemukan teori pembelajaran yang efektif.

Belajar menurut Gagne adalah mekanisme dimana seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara kompleks.[7] Kategori belajar menurut Gagne:

a) Verbal Information

Kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lesan maupun tulisan.

b) Intelellectual Skill

Kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang.

c) Cognitive Strategi

Kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri.

d) Ketrampilan Motorik

Kemampuan melakukan rangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e) Attitude

Kemampuan menerima atau menolak obyek berdasrkan penilaian terhadap obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.[8]

5. Teori Perkembngan Kognitif

Menurut Pieget, pengetahuan (knowled) adalah interaksi yang terus menerus antara individu dengan lingkungan. Fokus perkembangan kognitif Pieget adalah perkembangan secara alami fikiran pembelajar mulai dari amak-anak sampai dewas. Konsepsi perkembangan kognitif Pieget, diturunkan dari analisa perkembangan biologi organisme tertentu. Menurut Pieget, Intelegen (IQ=kecerdasan) adalah seperti system kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi.

6. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theori)

Dikembangkan oleh Albert Bandura, teori ini di kembangkan untuk menjelaskan bagaimana orang belajar dalam dalam setting yang alami/lingkungan sebenarnya.[9]

Dalam pendidikan, terutama tujuan Fiqih yang perlu di capai dapat di kategorikan menjadi tiga bidang yaitu bidang kognitif (Penguasaan intelektual), bidang efektif (Berhubungan dengan sikap dan nilai), serta bidang psikomotor (Kemampuan dan ketrampilan bertindak/berperilaku). Ketiga bidang ini berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.[10]

a. Bidang Kognitif (Penguasaan Intelektual)

Menurut Bloom, dkk. Terdiri dari enam perilaku yaitu:

1) Pengetahuan

2) Pemahaman

3) Penerapan

4) Analisis

5) Sintesis

6) Evaluasi

b. Bidang Afektif (Berhubungan dengan sikap dan nilai)

Menurut Krathwohl dan bloom terdiri dari lima perilaku yaitu :

1) Penerimaan

2) Partisipasi

3) Penilaian/penentuan sikap

4) Organisasi

5) Pembentukan pola hidup

c. Bidang Psikomotor

Menurut Simpson terdiri dari tujuh jenis perilaku yaitu :

1) Persepsi

2) Kesiapan

3) Gerakan terbimbing

4) Gerakan yang terbiasa

5) Gerakan kompleks

6) Penyesuaian pola gerakan

7) Kreatifitas[11]

  1. Hubungan Teori Belajar dalam Fiqih

Dalam belajar, yang melakukan belajar adalah siswa, oleh karena itu siswa harus aktif tidak boleh pasif. Dengan bantuan guru siswa harus mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Siswa harus dipandang sebagai makhluk yang dapat diajar dan mampu belajar. Ia telah dilengkapi seperangkat kemampuan potensial baik fisik maupun psikologis. Dengan pandangan seperti ini seyogyanya guru membelajarkan siswa sedemikian rupa sehingga keaktifan siswa betul-betul terwujud.[12]

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, ajakan kepada anak didik agar aktif dalam kegiatan belajar mengajar bukanlah merupakan masalah baru. Namun merupakan masalah yang telah diupayakan sejak lama. Menurut teori pengajaran, keikutsertaan secara aktif dari anak didik dalam kegiatan belajar mengajar merupakan konsekuensi logis dari pengajaran yang sebenarnya. Bahkan merupakan faktor penting dalam hakekat kegiatan belajar mengajar, sebab suatu pengajaran tidak akan berlangsung dengan berhasil tanpa keaktifan anak didik. Hanya yang membedakan adalah kadar keaktifan anak didik dalam belajar. Dalam proses belajar mengajar dituntut untuk menerapkan teknologi yang dapat memancing optimalisasi keaktifan anak didik dalam belajar. Oleh karena itu diperlukan pendekatan yang berorientasi pada keaktifan siswa.[13]

Kaitannya dengan Fiqih, bahwa teori belajar mempunyai hubungan ini terletak pada aspek psikomotori, karena di dalam mempraktekkan dalam kegiatan belajar mengajar.

IV. Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa teori belajar sistematik fungsional terkait dengan Fiqih terletak pada aspek psikomotorik yang mana di dalamnya menerangkan adanya persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreatifitas.

Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, apabila ada kekurangan dan kesalahan kami minta maaf. Dengan senang hati kami menerima saran, masukan dan solusi (SMS) yang bersifat konstruktif. Akhir kata, semoga bermanfaat dan menambah khazanah bagi kita semua. Amiin

Daftar Pustaka

Syamsul Bahri Djamarah dan Asnawi Zaini, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2002.

Yulius S, et, al, Kamus Baru Bahasa Indonesia, Usaha Nasional, Surabaya, 1998.

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000.

one-indoskripsi.com

Apa definisinya, Blogspot.com

http://blogs.Unpad.ac.id

Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1994.

http:// bl0gs.Unpad.ac.id

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 2000.

Darsono, et, al, Belajar dan Pembelajaran, IKIP Semarang Press, Semarang, 2000.

Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996.


[1]Syamsul Bahri Djamarah dan Asnawi Zaini, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 44.

[2]Yulius S, et, al, Kamus Baru Bahasa Indonesia, Usaha Nasional, Surabaya, 1998, hlm. 268.

[3]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 89.

[4]Ibid, hlm. 105.

[5]one-indoskripsi.com

[6]Apa definisinya, Blogspot.com

[7]Muhibbin Syah, Op. Cit., hlm. 105-106.

[8]http://blogs.Unpad.ac.id

[9]Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hlm. 11-12.

[10]http:// bl0gs.Unpad.ac.id

[11]Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 2000, hlm. 49.

[12]Darsono, et, al, Belajar dan Pembelajaran, IKIP Semarang Press, Semarang, 000, hlm. 28.

[13]Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm. 111.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar